Labels

Saturday, 19 November 2016

Pasar Gede, Monumen Karsten di Kota Solo






Di tengah keberadaan pasar modern yang semakin menjamur di
kota Solo, Pasar Gede yang melegenda
masih menunjukan keeksisannya. Bangunan pasar yang dirancang oleh arsitek
Thomas Karsten itu seolah berusaha melawan modernisasi di sekitarnya; walau ia sendiri
juga merupakan hasil modernisasi pada masanya. Inilah kisah tentang Pasar Gede


Suasana Pasar Gede sekitar tahun 1935 (sumber : Djocja

Monday, 14 November 2016

Cave Tubing Kalisuci, Sensasi Susur Sungai Bawah Tanah

Wisata susur sungai dengan menggunakan perahu karet atau yang biasa disebut rafting beberapa waktu lalu memang menjadi favorit banyak orang. Namun perlahan-lahan, wisata tubing atau susur sungai dengan menggunakan ban mulai mendapatkan tempat di hati wisatawan. Walaupun antara rafting dan tubing tak bisa disamakan. Karena dalam tubing, arus sungai yang menemani tak sederas wisata rafting namun tetap dapat memantik keseruan.

Salah satu daerah yang menjadi destinasi favorit untuk wisata tubing adalah kabupaten Gunung kidul yang ada di provinsi Yogyakarta. Anehnya, Gunung kidul justru dikenal sebagai daerah yang tandus karena kondisi alamnya yang berupa perbukitan kapur. Tetapi siapa sangka, justru dibalik kerasnya perbukitan kapur tersebut banyak mengalir sungai bawah tanah. Bukan hanya sekedar tubing di sungai jadinya. Tapi tubing menyusuri sungai yang mengalir di dalam goa. Jadilah namanya : Cave tubing!
Tak diragukan jika orang-orang selama ini lebih mengenal goa Pindul sebagai destinasi wisata cave tubing di Gunung kidul. Karena memang nama depannya sudah menyertakan kata “Goa”. Padahal Gunung kidul punya destinasi wisata cave tubing lain yang tak kalah seru. Namanya Kalisuci, dibuka sejak tahun 2009 dan lokasinya tak jauh dari goa Pindul.
Sepintas orang memang akan tidak tahu kalau tubing di Kalisuci juga menyusuri goa. Karena memang tidak ada kata "Goa" di depannya. Padahal jarak sungai yang disusuri lebih panjang daripada goa Pindul dan lebih menantang dengan melewati 2 buah goa yang memiliki 2 karakter berbeda. Goa pertama bertipe horisontal dan yang kedua vertikal (luweng).

Setiap wisatawan yang datang akan dikenakan biaya sebesar 70 ribu rupiah. Didalamnya sudah termasuk sewa ban, jaket pelampung, helm, alat pelindung tulang kering dan siku. Pengunjung yang sudah mendaftar tidak akan langsung menuju sungai untuk segera tubing. Tetapi akan dibagi dalam kelompok-kelompok berjumlah 10 -15 orang dan ditemani oleh 3-4 petugas yang akan menemani dan menjelaskan segala sesuatu tentang Kalisuci dan goa yang dilalui.
Ketika kuota kelompok sudah terpenuhi, maka semuanya akan berjalan bersama turun menuju sungai yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari tempat pendaftaran. Sebelum “nyemplung”, pengunjung akan diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai prosedur tubing. Terutama bagaimana cara mengangkat badan dengan menggunakan siku agar pantat tidak menabrak batu karang.
Wisatawan yang tidak bisa berenang tak perlu khawatir karena para petugas yang menemani selalu sigap dalam menolong. Lagipula badan kita pun sudah dilindungi oleh jaket pelampung sehingga tak perlu khawatir tenggelam. Dan arus sungai yang dihadapi pun juga tak terlalu deras. Jadi tak perlu panik atau takut sebelumnya.
Keadaan di dalam goa yang dilewati dalam wisata cave tubing di Kalisuci sangat gelap dan satu-satunya sumber cahaya hanya ada pada lampu senter yang menempel pada helm petugas yang menemani. Meski gelap, pengunjung tak perlu takut karena di Kalisuci tidak ada buaya ataupun binatang buas lainnya. Ular? iya ada, sesekali dijumpai antara bulan Juli dan Agustus saat musim kemarau dan udara panas. Tapi belum pernah dijumpai kasus ular menggigit pengunjung di Kalisuci.
Sehingga pengunjung dapat dengan tenang dan senang menikmati arus sungai yang mengombang-ambingkan tubuh kita ke kanan dan ke kiri sambil sesekali menabrak batu karang. Saat air sungai sedikit tinggi, cave tubing di Kalisuci bisa jadi lebih seru karena arusnya menjadi lebih deras. Bahkan terkadang membuat tubuh kita terlempar keluar dari ban.

Tetapi jika debit air terlalu tinggi, cave tubing di Kalisuci malah memungkinkan tidak dibuka karena dapat membahayakan nyawa pengunjung. Situasi tersebut bisa terjadi saat musim hujan atau saat hulu sungai Kalisuci diguyur hujan lebat. Goa yang tingginya 12 meter akan tertutup semua oleh air.
Di goa kedua, yang menjadi tempat finish. Terdapat sebuah lubang goa besar diatas kepala kita. Masyarakat setempat menyebut lubang goa vertikal dengan sebutan Luweng. Sebelum naik kembali ke darat, pengunjung boleh berfoto dan bermain air sepuasnya disini dikarenakan arus sungainya yang sangat tenang. Para petugas yang menemani pun tak sungkan untuk mengulurkan tangan membantu pengunjung yang ingin berfoto. Mereka pun juga tak segan untuk mengatur pose dan menunjukan spot foto yang bagus.

Sisakan sedikit tenaga setelah selesai sesi foto. Karena untuk keluar menuju sungai dan menuju darat, pengunjung harus menaklukan puluhan anak tangga yang sempit dan curam untuk menuju pos istirahat sebelum dijemput mobil pick up yang akan membawa pengunjung kembali ke titik awal, yaitu pos pendaftaran. Belum lagi kondisi badan yang basah akan membuat langkah menjadi sedikit lebih berat dari biasanya.
Sesampainya di pos pendaftaran, para pengunjung bisa membilas badan di kamar mandi yang tersedia dalam kondisi bersih. Dan sambil menunggu teman mandi, semangkuk mie instan dan teh manis hangat cocok untuk mengisi kembali tenaga yang habis terkuras.

Yang perlu menjadi perhatian bagi yang akan liburan ke Kalisuci, dalam sehari pengunjung yang datang untuk wisata cave tubing di Kalisuci dibatasi hanya untuk 200 orang saja. Peraturan yang dibuat oleh masyarakat setempat selaku pengelola pantas diapresiasi karena terlalu banyaknya pengunjung maka resiko keselamatan yang akan dihadapi juga semakin besar. Dan yang paling penting mereka percaya bahwa alam yang mereka “jual” juga memiliki hak untuk tetap lestari.

Sunday, 13 November 2016

Pabrik Gula Kedungbanteng, Sejumput Jejak Sejarah di Tapal Batas Sragen













Sragen, dalam catatan sejarah yang pernah saya baca, memiliki dua
pabrik gula yang pernah didirikan oleh Belanda. Pertama adalah PG Mojo, pabrik
gula di tengah kota Sragen yang kini langkahnya sedang tertatih-tatih dan kedua
ialah PG Kedungbanteng, yang terletak di ujung timur Sragen. Tulisan Jejak
Kolonial kali ini akan mengangkat Pabrik Gula Kedungbanteng yang barangkali
sudah

Relawan Marketing Online Arafah Rianti, Komika Absurd Asal Depok

Wah, relawan marketing online? Asik bener judulnya? Relawan marketing yang ingin menyenangkan idolanya yakni Arafah Rianti (IG @arafahrianti). Aduh, tidak berlebihan nih jadi relawan marketing Arafah, komika absurd asal Depok? Ya tidak lah, kadar berlebihan atau tidak itu bergantung perasaanya. Bagi yang sedang jatuh cinta pada wanita, tentu memberikan gunung emas pun tidak berlebihan asalkan

Sehari di Siem Reap? Ini 7 Candi yang Bisa Dikunjungi

Kota Siem Reap yang terletak di negara Kamboja terkenal akan candi-candi peninggalan kerajaan Khmer. Jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan yang terkumpul dalam wilayah seluas kurang lebih 400 km2 yang dinamakan komplek Angkor (Angkor Archaelogical Park). Angkor berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Nagara yang berarti Kota. Oleh UNESCO, Angkor dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site). Dan dianggap sebagai salah satu situs arkeologikal penting di Asia Tenggara.

Saking banyaknya candi yang berada dalam komplek Angkor, diperlukan waktu setidaknya 3 hari untuk wisatawan umum yang hanya tertarik untuk sekedar melihat semua candi yang ada. Sedangkan bagi wisatawan yang memiliki minat dalam bidang sejarah dan arkeologi, diperlukan waktu 7 hari untuk bisa menikmati peninggalan kerajaan Khmer yang terpahat dalam setiap detail batu candi.

Lalu bagaimana jika kita hanya punya waktu 1 hari di Siem Reap? Ini dia 5 candi yang bisa kita nikmati dalam waktu satu hari saja. Tapi sebelumnya, pengunjung harus membeli tiket paket satu hari seharga USD20. Untuk yang paket 3 hari (USD 40) dan 7 hari (USD60) juga tersedia. Dan syaratnya harus digunakan dalam hari yang berurutan sejak tiket dibeli.

Tiket reguler yang telah dibeli tersebut berlaku untuk masuk ke semua candi yang ada di Siem reap kecuali Phnom Kulen, Koh Ker dan Beng Melea yang menetapkan tiket dengan tarif khusus. Saat membeli tiket, petugas di loket akan mengambil foto masing-masing pengunjung untuk dicetak di tiket. Jadi bila membeli tiket untuk rombongan, tiap-tiap pengunjung harus ikut antri di loket. Yang terakhir, simpan tiket baik-baik jangan sampai terlipat atau sobek karena nantinya jadi tidak berlaku. Mau ngga mau, akhirnya harus beli tiket yang baru lagi.

1. Angkor Wat
Inilah candi yang menjadi ikon dari komplek Angkor (Angkor Thom) sekaligus menjadi kebanggaan negara Kamboja seperti tergambar dalam bendera nasionalnya. Candi yang arsitekturnya bergaya klasik Khmer ini menjadi satu-satunya peninggalan kerajaan Khmer yang paling terpelihara dengan baik.

Angkor Wat menjadi lokasi favorit bagi para pengunjung untuk memulai liburan di komplek Angkor dikarenakan pemandangan matahari terbitnya yang sangat spektakuler. Perpaduan sinar matahari pagi yang menimbulkan efek siluet dan danau kecil di depan Angkor wat yang menciptakan refleksi memberikan nuansa magis yang tak boleh dilewatkan.

2. South Gate
Komplek Angkor (Angkor Thom/The Great City) dikelilingi oleh tembok tinggi berbentuk persegi yang dulu digunakan sebagai benteng perlindungan kerajaan Khmer. Sebagai akses utama masuk dan keluar, hanya dibuat 4 pintu gerbang saja yang menghadap ke 4 arah mata angin. Sedangkan 1 pintu gerbang tambahan yang dinamakan “Gate of Victory” dibuat khusus untuk masuk dan keluar ke istana kerajaan.

Dari 4 gerbang yang dibangun sebagai akses keluar masuk komplek Angkor, hanya pintu gerbang Selatan saja yang kondisinya paling utuh. Gerbang selatan ini akan dilewati semua pengunjung yang akan menuju ke Bayon dengan titik berangkat berawal dari Angkor wat.

3. Ta Phrom
Selain dikenal karena kemunculannya di film Tomb Raider pertama yang dibintangi oleh Angeline Jolie, Ta Phrom disukai oleh para pengunjung dikarenakan nuansa mistis yang menyelimutinya. Kesan tersebut terbentuk oleh akar pohon-pohon raksasa yang mencengkeram dinding-dinding Ta Phrom.

Meski akar yang membelit terkesan merusak candi peninggalan raja Jayavarman VII ini, tetapi justru muncul anekdot bahwa sebenarnya tercipta simbiosis mutualisme antara keduanya, “Pohon-pohon tersebut tak akan berdiri dengan tegak sampai saat ini tanpa bantuan dinding-dinding Ta Phrom, demikian pula dinding-dinding Ta Phrom yang usianya sudah ratusan tahun tak akan bisa berdiri tegak secara alami tanpa bantuan akar pohon yang kuat mencengkeram”.

4. Bayon
Kalau Angkor wat dikatakan sebagai peninggalan kerajaan Khmer termegah maka Bayon boleh dibilang sebagai yang paling cantik dan artistik. Ini tak lepas dari penelitian yang menyatakan Bayon sebagai candi yang memiliki paling banyak detail relief. Selain itu sebanyak 216 wajah raksasa yang disusun dari tumpukan bebatuan membuatnya terlihat berbeda dibandingkan candi-candi lain yang ada di komplek Angkor.

Dimana semua wajah tersebut merujuk pada profil raja Jayavarman VII. Sementara teori lainnya mengaitkannya dengan wajah Dewi simbol kasih sayang yaitu Avalokitesvara.

5. Baphuon
Lokasinya yang hanya selemparan batu dari Bayon membuatnya sayang jika tak sekaligus disinggahi. Yang unik dari Baphuon adalah pintu masuknya yang membentang sepanjang 200 meter dan memiliki ketinggian kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. Bagian inti bangunan dari Baphuon merupakan bangunan berundak 3 tingkat.

6.Terrace of Elephants
Seperti namanya, Terrace of Elephants memang sebuah teras. Memiliki panjang 350 meter, dulunya digunakan sebagai tempat Raja Jayavarman VIII untuk melihat pasukannya yang kembali dengan membawa kemenangan dan juga tempat sang Raja untuk melihat berbagai pesta perayaan lainnya.

Gajah sendiri memiliki peranan yang penting pada masa kerajaan Khmer bertahta sehingga binatang berukuran besar ini ikut terukir dalam relief dinding Terrace of Elephants.

7. Phnom Bakheng
Mengakhiri liburan sehari di komplek Angkor? Phnom Bakheng jawabannya. Candi yang terletak di puncak bukit ini jadi favorit para pengunjung untuk mengucapkan “sampai jumpa” kepada sang mentari yang telah menemani sepanjang hari.

Bentuk Phnom Bakheng mirip seperti piramida berundak dengan bagian atas datar seperti terpancung. Di tempat itulah para pengunjung yang sudah rela mengantri demi melihat matahari terbenam akan menanti sang fajar menghilang di kejauhan.

_________________________________________


Jika sudah tahu tempat mana saja yang akan dituju, pertanyaan berikutnya tentu adalah transportasi apa yang bisa digunakan untuk menuju kesana? Cuaca Kamboja yang panas kering memang menjadi tantangan bagi yang tidak suka udara panas. Sehingga menyewa mobil untuk digunakan selama sehari adalah pilihan pertama karena nyaman ber-ac. Tapi konsekuensinya tentu saja harganya lebih mahal.
Alternatif kedua yang lebih murah jatuh kepada Tuk-tuk. Meski tak ber-ac, tetapi cukup sejuk akibat hembusan angin alami. Konsekuensi yang harus dihadapi tentunya adalah debu. Dan bagi yang tak terbiasa naik kendaraan terbuka, masuk angin juga jadi resiko yang harus diperhitungkan. Tuk-tuk di Kamboja berbeda dengan yang ada di Thailand. Tuk-tuk di Kamboja berupa gerobak yang ditarik oleh sepeda motor. Sedangkan Tuk-tuk di Thailand lebih menyerupai Bajaj di Jakarta.

Kedua transportasi tersebut sangat mudah dijumpai di daerah Pub street yang menjadi lokasi menginap favorit para turis selama berlibur di Siem reap. Karena tempatnya yang nyaman, banyak hotel dan tempat makan. Jarak dari Pub street menuju ke Angkor Thom juga tak terlalu jauh. Hanya memakan waktu sekitar 15 – 20 menit saja.
Alternatif transportasi ketiga yang hanya bisa digunakan didalam Angkor Thom yaitu sepeda. Menjelajahi Angkor thom dengan sepeda memang menciptakan pengalaman berpetualang yang unik. Tapi sepertinya hanya bisa dilakukan bagi mereka yang memang liburan panjang di Siem reap. Karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu.

Wednesday, 9 November 2016

Pacu Adrenalin di Pantai Timang dengan Gondola Kayu

Kabupaten Gunung Kidul yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal akan keindahan panorama pantainya. Ombak tinggi dan karang bebatuan berukuran besar menjadi ciri khas pantai-pantai di Gunung Kidul yang terletak di selatan pulau Jawa. Sehingga hanya menyisakan sedikit spot yang dapat digunakan untuk berenang dan bermain-main. Tapi bukan berarti tak asyik, karena pantai-pantai di Gunung kidul justru banyak menawarkan aktivitas seru liburan di pantai tanpa harus bermain air.

Ombak tinggi di pantai selatan memang membuat wisatawan sedikit kurang nyaman. Tapi justru membawa berkah untuk para nelayan disana berupa tangkapan udang Lobster. Salah satu spot yang menjadi lokasi berburu udang Lobster di kabupaten Gunung kidul adalah Pantai Timang. Sebuah pulau karang yang terletak di seberang menjadi tempat favorit para nelayan untuk memancing udang yang harganya ”Wah” di rumah makan Seafood tersebut.
Tapi jarak pulau tersebut bukannya dekat. Mungkin sekitar 50 hingga 100 meter yang dipisahkan oleh ombak tinggi yang seringkali menghempas tembok karang. Suara dentuman ombak yang menabrak karang dan deburannya akan membuat ciut nyali orang awam. Namun karena nilai ekonomis udang Lobster yang tinggi, para nelayan lokal pun membuat sebuah gondola kayu yang digunakan untuk menyeberang ke pulau tersebut.
Bahan-bahan yang digunakan pun sangat sederhana, hanya empat buah velg motor yang digunakan sebagai roda dan beberapa utas tali tambang yang digunakan sebagai lintasan. Prinsip mekanikal kerjanya sangat sederhana. Mirip dengan permainan flying fox. Namun karena (dua) tiang yang menjadi penghubung antar dua pulau tersebut tingginya sama, maka mereka menggunakan tenaga manusia untuk menarik penumpang dalam gondola tersebut.
Dalam satu kali perjalanan, gondola tersebut mampu mengangkut sejumlah 4 (empat) orang dengan tenaga manusia yang digunakan untuk menyeberangkan penumpang mencapai 6-8 orang. Mereka pun saling berganti-gantian antara sesama nelayan untuk menyeberangkan temannya menuju pulau seberang saat akan menangkap udang Lobster.

Melihat para nelayan Lobster menyeberang pulau di pantai Timang tak sedikit yang hanya bisa menahan nafas. Tapi disaat yang sama, mereka yang penasaran ingin mencoba pun juga banyak. Hingga akhirnya di kalangan wisatawan yang gemar memacu adrenalin, gondola pantai Timang mulai menjadi tantangan yang wajib dicoba.

Gayung pun bersambut, para masyarakat lokal pun menyambut antusiasme para wisatawan. Mereka yang berani menyeberang akan dikenakan biaya sebesar 150 ribu per orang. Mungkin buat yang belum pernah kesana dan mencoba akan kaget membaca harganya yang terkesan mahal. Tapi ketika sudah tiba di lokasi, harga tersebut akan terasa wajar. Karena untuk membentangkan tali yang menghubungkan 2 (dua) pulau tersebut para warga setempat harus berenang dan bertarung melawan dashyatnya ombak pantai Selatan.

Dalam musim liburan, per harinya pantai Timang dapat dikunjungi oleh berpuluh-puluh orang yang sangat antusias untuk menyeberang dengan menggunakan gondola kayu. Walau tujuan awalnya memang bukan untuk kegiatan wisata tetapi minat tinggi para wisatawan yang ingin mencoba sudah seharusnya diimbangi dengan fasilitas-fasilitas tambahan. Yang paling penting tentunya asuransi mengingat aktivitas menyeberang dengan gondola di pantai Timang ini memiliki resiko yang sangat besar.

Untuk itu tentunya sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah setempat dengan warga lokal untuk mengakomodasi antusiasme pengunjung. Kondisi akses jalan menuju pantai Timang yang masih berupa tanah juga seharusnya mulai menjadi pemikiran pihak-pihak yang berkepentingan mengingat kondisinya belum layak, apalagi di musim hujan. Tetapi kebersihan fasilitas toilet yang disediakan secara swadaya oleh warga setempat patut diapresiasi.

Untuk pengunjung yang memiliki niat untuk berlibur ke pantai Timang tanpa menggunakan mobil, tak jauh dari jalan masuk banyak warga lokal yang bersedia untuk mengantarkan dengan menggunakan sepeda motor. Tetapi bagi yang membawa mobil dapat terus melanjutkan perjalanan hingga terus menuju lokasi pantai Timang. Abaikan saja jika ada pihak-pihak yang berusaha menghentikan mobil di saat akan masuk.
Ketika sampai di pantai Timang, pengunjung dapat membayar jasa menyeberang di sebuah pondok kayu sederhana yang terletak tak jauh dari bibir tebing karang. Tak lama kemudian pengunjung akan diajak untuk naik ke dalam gondola kayu dan menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 menit untuk menyeberang. Sangat dianjurkan untuk tidak panik selama menyeberang dikarenakan justru dapat membahayakan keselamatan diri sendiri. Untuk itu lebih baik berteriaklah!

Buat pengunjung yang takut menyeberang, mereka dapat berfoto di panggung-panggung kecil yang dibuat menjorok keluar dari tebing. Ongkos yang dikenakan untuk berfoto di tempat tersebut hanya seharga 5 ribu rupiah saja. Alternatif lainnya, para pengunjung yang tak memiliki nyali besar dapat kembali ke fitrah liburan di pantai yaitu bermain air. Sebuah pantai dengan pasir putih yang terletak tak jauh dari spot gondola kayu menjadi tempat yang cukup nyaman untuk bermain-main. Tapi untuk keseruan yang berbeda di Gunung kidul, menyeberang dengan gondola kayu di pantai Timang memang tak boleh dilewatkan.

Sunday, 6 November 2016

Mengintip Keperkasaan Benteng Van den Bosch Ngawi





Aliran Sungai Bengawan
Solo yang kecokelatan mengalir liuk laksana ular naga dari hulunya di lereng Lawu sebelum akhirnya bemuara di Laut Jawa. Di salah satu
tepiannya, sebuah benteng tua masih berdiri menunjukan keperkasaanya sekalipun usianya lebih dari seabad lamanya. Itulah Benteng Van den Bosch Ngawi. Seperti
apakah cerita dibalik benteng yang namanya diambil dari nama seorang Gubernur